Contoh puisi dengan faraprase terikat dan paraprase bebas? Tolong jawab sekarang
B. Indonesia
cindi220614
Pertanyaan
Contoh puisi dengan faraprase terikat dan paraprase bebas? Tolong jawab sekarang
2 Jawaban
-
1. Jawaban alyusmarita
MENYESAL
PAGIKU HILANG SUDAH MELAYANG,
HARI MUDAKU SUDAH PERGI,
SEKARANG PETANG DATANG MEMBAYANG,
BATANG USIAKU SUDAH TINGGI.
AKU LALAI DI HARI PAGI,
BETA LENGAH DI MASA MUDA,
KINI HIDUP MERACUN HATI,
MISKIN ILMU, MISKIN HARTA.
AH, APA GUNA KUSESALKAN,
MENYESAL TUA TIADA BERGUNA,
HANYA MENAMBAH LUKA SUKMA.
KEPADA YANG MUDA KUHARAPKAN,
ATUR BARISAN DI HARI PAGI,
MENUJU KEARAH PADANG BAKTI.
(ALY HASJMY)
A. Mencari Arti kata yang sulit
Hilang : tidak ada lagi/ lenyap/ tidak kelihatan
Melayang : Pergi jauh terbang/ hilang
Petang : Waktu sudah tengah hari
Membayang : kelihatan seperti bayang-bayang / kelihatan samar-samar
Batang : bangkai/mayat/ ia telah menjadi
Lalai : kurang hati-hati atau tidak mengindahkan
Lengah : Bermalas-malasan
Beta : aku/saya
Meracun hati : penuh derita/ tidak bahagia
Luka sukma : Sakit hati
Atur barisan :Merencanakan segala sesuatu mulai sekarang
Padang bakti : tempat yang dihormati.
B. Parafrasa Terikat
MENYESAL
Kini PAGIKU HILANG SUDAH MELAYANG entah kemana
Sekarang HARI MUDAKU SUDAH PERGI jauh tak kan pernah kembali
KINI hanya PETANG yang DATANG MEMBAYANGi alam pikiranku
Yang kini BATANG USIAKU SUDAH mulai TINGGI.
Dulu AKU LALAI DI HARI PAGI,
Karena BETA LENGAH DI MASA MUDA yang masih suka bermalas-malasan
Hingga KINI HIDUP menjadi MERACUN HATI tak bisa berbuat apa-apa lagi
Sudah MISKIN ILMU, MISKIN HARTA pula
Namun AH, APA GUNA KUSESALKAN,
Karena MENYESAL TUA itu TIADA BERGUNA,
HANYA MENAMBAH LUKA SUKMA di hati
KEPADA YANG MUDA KUHARAPKAN,
Untuk ATUR BARISAN DI HARI PAGI,
MENUJU KEARAH PADANG BAKTI. -
2. Jawaban Shaltzyuu
Contoh :
Gadis Peminta-minta
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katerdal
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiw begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu tak ada yang punya
Dan kotaku, oh kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda
(Toto Sudarto Bachtiar, suara, 1950 )